The 11th AISOFOLL: “Facing Industrial Revolution 4.0 through Language Education”
SEAQIL conducted The Eleventh Annual International Symposium of Foreign Language Learning (The 11th AISOFOLL) on 6–7 October 2020. The symposium is held as a form of SEAQIL’s commitment to improve the quality of language educators and education personnel, especially Arabic, English, German, ILFL (Indonesian Language for Foreign Learners), Japanese and Mandarin. This annual activity was conducted fully virtual for the first time and took “Facing Industrial Revolution 4.0 through Language Education” as its theme. SEAQIL invited four experts from well-known institutions in Southeast Asia, 19 presenters, six non-lecturers and 250 teachers as participants to have a better in-depth symposium.
During the opening ceremony, SEAQIL Director, Dr Luh Anik Mayani gave her welcoming remarks by thanking all of parties that, amid the COVID-19 pandemic, were able to enthusiastically participate in the 11th AISOFOLL. She further stated, “These massive inventions of technological development will continue to advance from time to time and affects all aspects of our lives, including education. Therefore, the Industrial Revolution 4.0 would be best interpreted as a challenge to benefit the better quality of education, especially for language learning.”
The symposium was then officially opened by SEAMEO Secretariat Director, Dr Ethel Agnes Pascua-Valenzuela, with appreciation to SEAQIL for promoting a very relevant issue to current global situations as its theme for the 11th AISOFOLL. She also stated that SEAMEO Secretariat will continually support SEAQIL’s activities for better development of language learning quality.
The main activities of the symposium consisted of plenary and parallel sessions. On each day, two keynote speakers shared their insight on how to face IR 4.0 through language education. The session was then followed by parallel sessions of nine to ten speakers. For time efficiency, parallel sessions were held simultaneously into three virtual breakout rooms.
On the first day of the symposium, Assoc. Prof. Choo Shen Li Suzanne (National Institute of Education, Singapore) discussed a holistic framework that can be applied to designing and teaching English specifically through the introduction of world literary texts, anchoring curriculum around global issues, and infusing strategies of aesthetic and ethical engagement. Mr Morita Mamoru (The Japan Foundation Jakarta, Indonesia) subsequently shared an e-learning materials that can be used in response to rapid changes of ICT (Information and Communication Technology) in learning environments, but still applicable to the diverse needs of learners.
On the next day, Prof. Dr H. Didi Suherdi (Universitas Pendidikan Indonesia/Indonesian Education University, Indonesia) outlined teachers’ roles in fostering this mode of learning, including those in designing, classroom/online learning, and reflective and follow-up phases. In addition, Dr Luh Anik Mayani shared her new software called SiPEBI (Aplikasi Penyuntingan Ejaan Bahasa Indonesia/Indonesian Spelling Checker) which could improve the competency of the user in written Indonesian as it provides the analyses of mistakes in the texts.
Aside from the experts mentioned above, there were 19 speakers and six non-lecturers from Indonesia, Malaysia and Thailand who shared their knowledge and perspective regarding language learning and Industrial Revolution 4.0. The symposium was participated by a total of 250 participants from various regions of the world, including Asia & Pacific, Middle East, North America and South America. It is expected that the participants could implement the research results, best practices and ideas discussed in the symposium and this will empower language education accordingly.
All in all, the symposium concluded that teachers, schools, government and parents to “rethink” the education in Industrial Revolution 4.0. Teachers’ must adapt with certain changes in the learning process to prepare students with 21st century skills.
Note:
All of the research results, best practices and ideas presented in AISOFOLL are compiled in the form of proceeding. Please go to aisofoll.qiteplanguage.org to find out more about past events and the proceedings.
(Distinguished guests, presenters and participants of the 11th AISOFOLL)
…
…
The 11th AISOFOLL:
“Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Melalui Pendidikan Bahasa“
SEAQIL menyelenggarakan The Eleventh Annual International Symposium of Foreign Language Learning (The 11th AISOFOLL) pada tanggal 6–7 Oktober 2020. Simposium ini diselenggarakan sebagai wujud komitmen SEAQIL untuk meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan khususnya untuk Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), Arab, Inggris, Jerman, Jepang, dan Mandarin. Kegiatan tahunan ini untuk pertama kalinya dilakukan secara virtual dan mengusung tema “Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Melalui Pendidikan Bahasa”. SEAQIL mengundang empat pakar dari institusi ternama di Asia Tenggara, 19 pemakalah, enam pemakalah non saji, dan 250 guru sebagai peserta.
Dalam acara pembukaan, Direktur SEAQIL, Dr. Luh Anik Mayani memberikan kata sambutan dengan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak karenadi tengah pandemi Covid-19 tetap dapat mengikuti AISOFOLL ke-11 dengan antusias. Lebih lanjut beliau menyatakan, “Berbagai penemuan masif dari perkembangan teknologi akan terus semakin maju dari waktu ke waktu dan mempengaruhi segala aspek kehidupan kita, termasuk pendidikan. Oleh karena itu, Revolusi Industri 4.0 baiknya diartikan sebagai tantangan untuk mendapatkan manfaat bagi kualitas pendidikan yang lebih baik, terutama untuk pembelajaran bahasa. ”
Simposium dibuka secara resmi oleh Direktur SEAMEO Secretariat, Dr. Ethel Agnes Pascua-Valenzuela, dengan apresiasi kepada SEAQIL yang telah mempromosikan isu yang sangat relevan dengan situasi global saat ini sebagai tema AISOFOLL ke-11. Beliau juga menyatakan bahwa SEAMEO Secretariat akan terus mendukung kegiatan SEAQIL untuk pengembangan kualitas pembelajaran bahasa yang lebih baik.
Kegiatan utama simposium terdiri dari sesi pleno dan paralel. Di tiap harinya, dua pembicara utama berbagi wawasan mengenai cara menghadapi revolusi industri 4.0 melalui pendidikan bahasa. Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan sesi paralel yang terdiri dari sembilan hingga sepuluh pemakalah. Untuk efisiensi waktu, sesi paralel diadakan secara serentak dalam tiga ruang virtual.
Pada hari pertama simposium, Assoc. Prof. Choo Shen Li Suzanne (National Institute of Education, Singapura) membahas kerangka kerja holistik yang dapat diterapkan untuk merancang dan mengajar bahasa Inggris, khususnya, melalui pengenalan teks sastra dunia, mengaitkan kurikulum pada isu global, serta menanamkan strategi yang melibatkan estetika dan etika. Bapak Morita Mamoru (The Japan Foundation Jakarta, Indonesia) kemudian membagikan materi pembelajaran daring yang dapat digunakan sebagai respons terhadap perubahan cepat TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di lingkungan pembelajaran, namun tetap dapat diterapkan untuk kebutuhan peserta didik yang beragam.
Pada hari selanjutnya, Prof. Dr. H. Didi Suherdi (Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia) memaparkan peran guru dalam membina model pembelajaran, termasuk dalam mendesain kelas/ pembelajaran daring, sesi refleksi, dan fase umpan balik. Selain itu, Dr. Luh Anik Mayani membagikan informasi mengenai perangkat lunak barunya, SiPEBI (Aplikasi Penyuntingan Ejaan Bahasa Indonesia) yang dapat meningkatkan kompetensi pengguna dalam bahasa Indonesia tertulis karena menyediakan analisis kesalahan dalam teks.
Selain para pakar yang sudah disebutkan, terdapat 19 pemakalah dan enam pemakalah non saji dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang berbagi pengetahuan dan perspektif tentang pembelajaran bahasa dan Revolusi Industri 4.0. Simposium ini diikuti oleh 250 peserta dari berbagai wilayah di dunia, antara lain Asia & Pasifik, Amerika Selatan, Amerika Utrara, dan Timur Tengah. Para peserta diharapkan dapat mengimplementasikan hasil penelitian, praktik baik, dan ide-ide yang dibahas dalam simposium untuk kemudian memberdayakan pendidikan bahasa.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa para guru, sekolah, pemerintah dan orang tua harus “meninjau ulang” pendidikan dalam Revolusi Industri 4.0. Guru harus beradaptasi dengan perubahan-perubahan tertentu dalam proses pembelajaran guna mempersiapkan siswa dengan keterampilan abad ke-21.
Catatan:
Semua hasil penelitian, praktik terbaik dan ide yang disajikan dalam AISOFOLL disusun dalam bentuk prosiding. Silakan kunjungi aisofoll.qiteplanguage.org untuk mengetahui lebih lanjut mengenai rangkaian kegiatan dan prosidingnya.
Leave a Reply